Sabtu, 02 Desember 2017

Trauma masa lalu 8

TRAUMA MASA LALU
(episode 8 : Perkemahan Siswa Baru)

Jumat yang cerah, rombongan siswa siswi yang akan mengikuti perkemahan di gunung bunder Bogor sudah siap di sekolah. Tepat jam 07.00 rombongan berangkat dan tiba di lokasi jam 10. Mereka istirahat sebentar di aula sambil menerima pengarahan dari panitia. Kemudian mereka memasang tenda masing-masing.

Icha, sekelompok dengan Ani. Selesai mendirikan tenda, Ani mengajak Ica mengambil air  di  sungai. Di tengah jalan mereka bertemu dengan pemandangan yang indah dan penduduk sekitar. Siang hari terasa sejuk tidak seperti di kota yang tertutupi polusi.Acara siang ini  pengarahan dan materi dari pembina pramuka. Semuapesertamendengarkan dengan tertib. Terakhir pesan yang disampaikan dari pembina pramuka mereka adalah tamu di tempat ini,harus berhati-hati dan bisa menjaga diri.
Sore menjelang, para peserta solat asar berjamaah di lapangan terbuka. Dilanjutkan tausiah dari perwakilan peserta. Materi yang disampikan tentang syukur, para peserta serius menyimak serta mensyukuri nikmat Tuhan berupa kesehatan dan keindahan alam.

Acara demi acara dilalui dengan penuh bahagia dan ketenangan. Setiap waktu solat, acara dihentikan dan semua peserta solat berjamaah dan diakhiri dengan tausiah yang menyejukan hati. Tiba-tiba terdengar teriakan dari sebuah tenda “ pergi...!, jangan di sini”.  Panitia berlari ke tempat berasalnya suara. Wati kelas 7 menjerit-jerit histeris. Dia seperti ketakutan. Semua orang berlarian ikut melihat. “ tenang wati, baca istigfar” Panitia menenangkan. Pembina membaca alfatihah dan memberikan wati minum “ ayo, baca bismilah dan minum airnya”. Kata pembina pramuka Pak Harun. Wati meminum air dan dia pun kembali tenang.

Ternyata Wati memiliki indra ke enam, dia melihat sesuatu yang menakutkan di sekitar perkemahan. Kakak Pembina menjelaskan kalau wati pikirannya kosong dan sedang tidak solat, sehingga mudah diganggu oleh mahluk halus. “ayo  semuanya kembali ke tendanya. Kita siap-siap acara selanjutnya” kata Kak Irfan ketua panitia perkemahan. Semua pesertapun pergi ke tenda masing-masing


Hari terakhir, di malam hari para peserta melakukan kegiatan obor malam dan kreasi seni per kelompok. Kreasi seni yang ditampilkan bertemakan “Lestarikan Alam”. Kelompok Raisya menampilkan drama tentang rusaknya alam dan bahayanya. Para peserta terpukau dan bersedih karena begitu menyentuhnya drama yang dibawakan. Acara ditutup dengan renungan yang dibawakan oleh guru agama yang membuat semua peserta menangis dan terharu. Sungguh perkemahan yang menyenangkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar