TRAUMA
MASA LALU
(episode
8 : Perkemahan Siswa Baru)
Jumat yang cerah, rombongan siswa siswi yang akan mengikuti
perkemahan di gunung bunder Bogor sudah siap di sekolah. Tepat jam 07.00 rombongan
berangkat dan tiba di lokasi jam 10. Mereka istirahat sebentar di aula sambil
menerima pengarahan dari panitia. Kemudian mereka memasang tenda masing-masing.
Icha, sekelompok dengan Ani. Selesai mendirikan tenda, Ani
mengajak Ica mengambil air di sungai. Di tengah jalan mereka bertemu dengan
pemandangan yang indah dan penduduk sekitar. Siang hari terasa sejuk tidak
seperti di kota yang tertutupi polusi.Acara siang ini pengarahan dan materi dari pembina pramuka. Semuapesertamendengarkan
dengan tertib. Terakhir pesan yang disampaikan dari pembina pramuka mereka
adalah tamu di tempat ini,harus berhati-hati dan bisa menjaga diri.
Sore menjelang, para peserta solat asar berjamaah di lapangan
terbuka. Dilanjutkan tausiah dari perwakilan peserta. Materi yang disampikan
tentang syukur, para peserta serius menyimak serta mensyukuri nikmat Tuhan
berupa kesehatan dan keindahan alam.
Acara demi acara dilalui dengan penuh bahagia dan ketenangan.
Setiap waktu solat, acara dihentikan dan semua peserta solat berjamaah dan
diakhiri dengan tausiah yang menyejukan hati. Tiba-tiba terdengar teriakan dari
sebuah tenda “ pergi...!, jangan di sini”. Panitia berlari ke tempat berasalnya suara. Wati
kelas 7 menjerit-jerit histeris. Dia seperti ketakutan. Semua orang berlarian
ikut melihat. “ tenang wati, baca istigfar” Panitia menenangkan. Pembina membaca
alfatihah dan memberikan wati minum “ ayo, baca bismilah dan minum airnya”. Kata
pembina pramuka Pak Harun. Wati meminum air dan dia pun kembali tenang.
Ternyata Wati memiliki indra ke enam, dia melihat sesuatu
yang menakutkan di sekitar perkemahan. Kakak Pembina menjelaskan kalau wati
pikirannya kosong dan sedang tidak solat, sehingga mudah diganggu oleh mahluk
halus. “ayo semuanya kembali ke
tendanya. Kita siap-siap acara selanjutnya” kata Kak Irfan ketua panitia
perkemahan. Semua pesertapun pergi ke tenda masing-masing
Hari terakhir, di malam hari para peserta melakukan kegiatan
obor malam dan kreasi seni per kelompok. Kreasi seni yang ditampilkan
bertemakan “Lestarikan Alam”. Kelompok Raisya menampilkan drama tentang
rusaknya alam dan bahayanya. Para peserta terpukau dan bersedih karena begitu
menyentuhnya drama yang dibawakan. Acara ditutup dengan renungan yang dibawakan
oleh guru agama yang membuat semua peserta menangis dan terharu. Sungguh perkemahan
yang menyenangkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar