Senin, 18 Desember 2017

Pembejaran IPA abad 21

PEMBELAJARAN IPA ABAD 21
Bagian 1
Oleh : Desi Diana,S.Pd


Pembelajaran merupakan salah satu proses yang terjadi dalam dunia pendidikan. Proses pembelajaran yang direncanakan dengan baik akan menghasilkan tujuan yang sesuai dengan harapan. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Salah satu cara yang dilakukan adalah dengan mengubah kurikulum yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menjadi Kurikulum 2013. Pelaksanaan kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang sesuai dengan perkembangan zaman. Tetapi kenyataannya proses pendidikan di Indonesia di tahun 2017 ini masih belum sesuai harapan. Perkembangan yang cepat di bidang teknologi dan komunikasi di abad 21 ini tidak secepat perkembangan kualitas sumber daya manusi (SDM) yang dihasilkan  lembaga pendidikan. Inovasi dalam proses pembelajaran harus dilakukan, sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai dan dihasilkan lulusan terbaik yang sesuai tuntutan abad 21.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu pelajaran yang diujikan secara nasional di Indonesia. Pelajaran ini termasuk pelajaran yang menakutkan bagi Peserta didik. Materi yang diajarkan di IPA bukan hanya teori, tetapi juga praktek dan hitungan. Beberapa siswa yang tidak suka hitungan dan lemah dalam hapalan kurang menyukai pelajaran ini. Pembelajaran yang disajikan dengan menarik dan sesuai dengan kebutuhan Zaman diharapkan meningkatkan minat dan prestasi Peserta didik dalam pelajaran IPA. Peran Guru sebagai pengajar dalam hal ini sangat berperan penting.oleh karena itu kualitas dan profesionalitas guru harus senantiasa ditingkatkan. Guru merupakan kunci keberhasilan dalam proses pembelajaran. Kurikulum dan prasarana yang baik tanpa diikuti dengan Guru profesional akan menyebabkan tujuan pendidikan sulit tercapai. Guru profesional akan senantiasa melatih dirinya agar memiliki kemampuan dan keterampilan mengajar yang baik. Mempraktekkan ilmu yang didapatkannya dengan menyampaikan materi dalam kelas secara menarik sehingga Peserta didik tertarik mempelajari materi yang diajarkan dan mudah memahaminya.

Abad 21 merupakan era meningkatnya teknologi di berbagai negara. Pada abad 21 ini, Para siswa dituntut menguasai teknologi dan terampil dalam berkolaborasi. Kemampuan literasi juga harus dikuasai dengan baik,oleh karena itu proses pembelajaran yang hanya berupa teori sudah tidak sesuai dengan abad ini. Pada abad 21 para siswa dituntut memiliki keterampilan hidup dan kemampuan yang sesuai dengan lapangan kerja. Pembelajaran yang menginetegrasikan berbagai disiplin ilmu dan berupa praktek nyata  sangat tepat diterapkanMenghadapi abad 21, proses pembelajaran di kelas tidak boleh hanya didominasi Guru. Keterlibatan Peserta didik dalam proses pembelajaran harus ditingkatkan. Berbagai media dan model pembelajaran harus sering digunakan untuk mengatasi kejenuhan dalam proses pembelajaran. Salah satu proses pembelajaran yang sedang berkembang di Negara maju dalam pembelajaran IPA adalah  literasi sains. Literasi sains merupakan pembelajaran IPA dengan mengajak Peserta didik memahami materi IPA dan mampu mengaplikasikannya untuk menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari mereka. Menurut OECD kepanjangan dari Organization for Economic Cooperation and Development (2014) literasi sains adalah kemampuan setiap individu untuk memahami dan mengaplikasikan pengetahuan dalam memecahkan persoalan yang berkaitan dengan sains dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran IPA dengan litersai sains, membuat Peserta didik selain pandai secara teori juga mahir secara praktik. Selian itu Peserta didik juga dapat mengaplikasikan materi yang dipelajarinya untuk menjelaskan setiap fenomena  alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran literasi Sains ini tentu akan berjalan baik, jika didukung oleh Guru yang kreatif, inovatif dan mau belajar.

Terdapat studi internasional yang digunakan untuk melihat tingkatan kemampuan literasi sains yaitu OECD (Organization for Economic Cooperation and Development) dan diadakan setiap tiga tahun sekali yang dimulai sejak tahun 2000. Studi tersebut dinamakan PISA (Programme for International Student Assessment). Indonesia telah mengikuti program PISA sejak tahun 2000 hingga 2012. Dalam keikutsertaannya, nilai literasi sains siswa tidak mengalami kemajuan. Hal ini dilihat dari skor literasi sains peserta didik Indonesia dari tahun 2000-2012 berturut-turut adalah 393, 361, 393, 383, 382. (OECD, 2003; 2004; 2007; 2010; 2014). Hasil analisis terhadap skor literasi sains PISA tahun 2012 peserta didik Indonesia berada pada level terendah (level 1) sebesar 41,9 %  dan level tertinggi di level 4 sebesar 0,6% dari 6 (enam) level kemampuan yang dirumuskan PISA, sementara banyak di antara peserta dari negara lain yang bisa mencapai level 5 dan 6 (OECD, 2014). Hal ini merupakan tantangan bagi para praktiksi pendidikan untuk giat dan semangat dalam meningkatkan literasi sains siswa Indonesia (Tobing,2016).


#onedayonepost
#nonfiksi
#secercahperjuangan.blogspot.com
#bagian dari buku essay opini pendidik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar