Sabtu, 02 Desember 2017

Trauma masa lalu 6

TRAUMA MASA LALU
(episode 6: Telepon di malam hari)

Malam yang indah berhias lampu–lampu kota. Jam di dinding kamar Raisya menunjukkan jam 7 malam. Tiba-tiba sebuah telepon berdering. Sebuah panggilan dari Rian, teman sekelasnya.” Hallo Cha, lagi ngapain nih ?” suara Rian terdengar riang. “ Hallo Rian, lagi baca buku. Ada apa ya ?” tanya Raisya. “ pengen denger suara kamu, boleh kan ?” jawab Rian.

Muka Raisya langsung merah dan jantungnya berdetak kencang karena malu. Dia belum pernah menerima telepon dari seorang pria. Biasanya bila ada teman pri yang telepon Dia tidak mengangkatnya. Tapi hari ini Dia ingin berubah dan keluar dari rasa takutnya berkomunikasi dengan lawan jenis. Dia tanamkan dalam hatinya bahwa tidak semua laki-laki jahat, salah satunya Ayahnya, yang sangat dia kagumi, meskipun sering tidak bertemu.

“ oh, iya tidak apa-apa” jawab Raisya. “ Ca, aku denger dari Ani, kamu tidak punya pacar ya, mau tidak kamu jadi pacar Aku ?. tanya Rian. Raisya tidak menyangka akan mmendapatkan pertanyaan seperti itu. Dia bingung harus jawab apa “eh,maaf ya Rian,aku belum mau pacaran. Kita berteman saja ya.” Jawab Raisya menolak secara halus. “ ya, Ca...kamu nolak aku ya?. Jujur aja deh tidak usah boong. Aku sudah tau jawaban seperti ini adalah trik tuk nolak. Iya kan ? “. Tanya Rian “ enggak kok, Rian. Serius, aku pengen fokus belajar “ jawab Raisya. “ ya sudah deh kalau gitu, aku tidak bisa maksa kamu. Tapi jujur aku kecewa”. Jawab Rian.” Maafya Rian jawab Raisya, kita masih bisa berteman kan, dan itu lebih baik daripada berpacaran “ jawab Raisya. “ iya, kalau gitu maaf ya sudah ganggu waktu kamu. Samapi ketemu di sekolah ya” balas Rian mengakhiri pembicaraan” iya “.percakapan merekapun berakhir.

Raisya terduduk dan merenung, untuk yang kesekian kalinya dia menolak pertemanan dari teman laki-lakinya yang ingin lebih dekat dengannnya. Dia terkadang merasa bersalah dengan perbuatannya,ada rasa hawatir temannya merasa sakit hati. Tapi Dia harus melakukannya karena ada rasa  takut yang lebih besar di hatinya, takut tersakiti dan hanya menjadi objek  pemuas nafsu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar