TRAUMA
MASA LALU
(episode
6: Telepon di malam hari)
Malam yang indah berhias
lampu–lampu kota. Jam di dinding kamar Raisya menunjukkan jam 7 malam. Tiba-tiba
sebuah telepon berdering. Sebuah panggilan dari Rian, teman sekelasnya.” Hallo Cha,
lagi ngapain nih ?” suara Rian terdengar riang. “ Hallo Rian, lagi baca buku. Ada
apa ya ?” tanya Raisya. “ pengen denger suara kamu, boleh kan ?” jawab Rian.
Muka Raisya langsung
merah dan jantungnya berdetak kencang karena malu. Dia belum pernah menerima telepon
dari seorang pria. Biasanya bila ada teman pri yang telepon Dia tidak
mengangkatnya. Tapi hari ini Dia ingin berubah dan keluar dari rasa takutnya
berkomunikasi dengan lawan jenis. Dia tanamkan dalam hatinya bahwa tidak semua
laki-laki jahat, salah satunya Ayahnya, yang sangat dia kagumi, meskipun sering
tidak bertemu.
“ oh, iya tidak apa-apa”
jawab Raisya. “ Ca, aku denger dari Ani, kamu tidak punya pacar ya, mau tidak
kamu jadi pacar Aku ?. tanya Rian. Raisya tidak menyangka akan mmendapatkan
pertanyaan seperti itu. Dia bingung harus jawab apa “eh,maaf ya Rian,aku belum
mau pacaran. Kita berteman saja ya.” Jawab Raisya menolak secara halus. “ ya,
Ca...kamu nolak aku ya?. Jujur aja deh tidak usah boong. Aku sudah tau jawaban
seperti ini adalah trik tuk nolak. Iya kan ? “. Tanya Rian “ enggak kok, Rian. Serius,
aku pengen fokus belajar “ jawab Raisya. “ ya sudah deh kalau gitu, aku tidak
bisa maksa kamu. Tapi jujur aku kecewa”. Jawab Rian.” Maafya Rian jawab Raisya,
kita masih bisa berteman kan, dan itu lebih baik daripada berpacaran “ jawab
Raisya. “ iya, kalau gitu maaf ya sudah ganggu waktu kamu. Samapi ketemu di
sekolah ya” balas Rian mengakhiri pembicaraan” iya “.percakapan merekapun
berakhir.
Raisya terduduk dan
merenung, untuk yang kesekian kalinya dia menolak pertemanan dari teman
laki-lakinya yang ingin lebih dekat dengannnya. Dia terkadang merasa bersalah
dengan perbuatannya,ada rasa hawatir temannya merasa sakit hati. Tapi Dia harus
melakukannya karena ada rasa takut yang
lebih besar di hatinya, takut tersakiti dan hanya menjadi objek pemuas nafsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar