Cerita Rakyat :
MALIN KUNDANG SI ANAK DURHAKA
Di sebuah desa dekat pesisir pantai hiduplah keluarga nelayan miskin. Sang ayah bekerja sebagai nelayan mencari ikan di lautan. Sang Ibu tinggal di rumah menjaga anak satu-satunya yang diberi nama Malin Kundang. Kehidupan mereka sangat memprihatinkan, pakaian mereka sangat lusuh dan banyak lubang. Gubuk tempat mereka tinggal sangat kecil dan kumuh. Badan mereka sangat kurus karena kekurangan makanan.
Malin anak yang rajin dan patuh kepada kedua orang tuanya. Setiap hari dia membantu ayahnya menangkap ikan. Ibu dan Ayah Malin sangat cinta kepadanya. Dia memiliki badan yang tinggi dan kurus. Di lengan kanannya ada bekas luka yang dalam saat terjatuh, Wajahnya sangat tampan dan banyak orang yang menyukainya
Ayah Malin ingin merubah kehidupan mereka yang sangat miskin. Dia memutuskan untuk bekerja merantau ke negeri seberang. Meskipun sedih harus meninggalkan anak dan istrinya, ayah Malin pun pergi merantau. Seminggu, sebulan dan setahun berlalu, Ayah Malin kundang tidak pulang. Kabar dan berita tentang keberadan ayah malin pun tidak ada yang tahu. Malin dan ibunya sangat sedih dan hidup penuh kekurangan. Ibu Malin pun bekerja sangat keras agar dia dan anaknya bisa makan.
Melihat kondisi ibunya yang sudah tua dan kelelahan bekerja, Malin merasa kasihan. Dia meminta ijin kepada ibunya untuk pergi bekerja pada seorang nahkoda kaya raya. Meskipun hatinya sedih,Ibu malin mengijinkan anaknya pergi merantau bersama nahkoda kapal.dia berharap Malin selalu ingat kepadanya dan segera kembali ke kampung halamannya menjadi orang yang berhasil
Akhirnya Malin pun pergi berlayar ke negeri sebrang. Karena orangnya rajin dan jujur, Malin menjadi orang yang sangat dipercaya dan disayang oleh nahkoda. Anak gadis nahkodapun dinikahkan dengan Malin, sehingga nahkoda memiliki penerus usahanya. Malin pun menjadi orang kaya dan usaha perdagangannya semakin sukses. Dia sering bertamasya bersama istrinya ke beberapa pulau. Begitu indah dan bahagia kehidupan Malin, sampai dia lupa kepada ibunya dan kampung halamannya.
Ibu Malin setiap hari berdoa dan menangis berharap Malin pulang. Dia rindu kepada anaknya. Setiap hari ibunya pergi ke dermaga untuk memastikan Malin pulang dan tidak lupa dengan dirinya.hari yang ditunggu ibu Malin ternyata tiba. Di siang hari yang terik,kapal Malin mendarat di dermaga tempat kelahirannya. Malin berniaga di desa kelahirannya, setiap orang di desanya tidak ada yang mengenalinya karena perubahan wajah Malin yang sangat jauh berbeda. Ibu Malin melihat ada saudagar muda dan kaya langsung mendekati ingin memastikan apakah itu anaknya Malin. Saat ibu Malin melihat saudagar tersebut betapa senang hatinya karena saudagar tersebut Malin anaknya. Meskipun wajah dan penampilan Malin sudah berubah, ibu Malin sangat hapal dengan anaknya yang memiliki bekas luka dilengannya.
Ibu Malin langsung memeluk saudagar tersebut,saat dia berada di dermaga bersama istrinya. Ia mengatakan betapa gembiranya ia melihat malin sehat dan sukses serta tidak lupa kepadanya. Tetapi Malin ternyata tidak mau dipeluk oleh ibunya, dia merasa malu memiliki ibu yang tua dan miskin. Malin berpura-pura tidak kenal dan berkata “maaf siapa kamu?, ibu saya sudah meninggal. Jangan mengaku-ngaku ibu saya”. Hati ibu Malin sangat sakit, dia menangis dan tidak menyangka anaknya akan tega berbuat seperti itu. “ anakku Malin, aku ibu muu. Ibu sangat mengenalimu, di lengan kanan mu ada bekas luka Nak”. Malin tetap tidak mau engakui ibunya. Dan menyuruh pegawainya mengusir ibuny.
Ibu Malin semakin sedih, dia hanya bisa diam dan menangis, lalu berdoa“Ya Allah, sadarkanlah Malin kundang, Dia adalah anak ku satu-satunya yang kusayanngi kembalikanlah dia kepada ku. Jangan jadikan dia anak yang durhaka”. Meskipun hatinya hancur, ibu Malin masih mendoakan yang baik untuk anaknya. Sungguh mulia hati sang ibu.
Si Malin kundang yang merasa malu dan marah segera naik kapal bersama istrinya. Dia tidak mau berlama-lama di tempat itu. Namun tak berapa lama hujan badai datang diiringi petir. Ombak tinggi menerjang kapal yang dinaiki Malin kundang, sehingga kapal Malin kundang terhempas dan semua muatannya terjatuh ke dalam laut.
Malin bersama istrinya selamat dan terdampar di tepi pantai. Sang Ibu yang melihat kejadian tersebut segera mendekati anaknya Malin kundang. Rasa kasih sayang seorang Ibu, meskipun disakiti anaknya,membuatnya merasa kasihan dan ingin menyelamatk ananaknya. Ibu Malin kundang mendekati malin yang setengah sadar, dia membelai rambutnya dan menangis. “ anak ku Malin, kau baik-baik saja Nak?. "Malin merasa sedih dan bersalah,lalu dia menangis dan memeluk ibunya. "ibu maafkan malin bu, malin telah durhaka kepada ibu”. “main ankku, ibu memaafkanmu nak, ayo kita pulang ke rumah, biar ibu obati luka-luka mu.
Ibu Malin dibantu oleh penduduk sekitar membawa Malin dan istrinya ke gubuk mereka.ibu Malin merawat anak dan istrinya dengan penuh kasih sayang. Setelah Malin sehat, Malin ingin mengajak ibunya pergi ke negeri seberang ke tempat istrinya dan hidup bersama mereka. Ibu Malin menolak, karena dia ingin hidup dan mati di tempat kelahirannya. Akhirnya Malin memutuskan untuk tinggal bersama istrinya di desanya dan membangun rumah yang layak untuk mereka tinggali. Malin dan ibunya hidup bahagia, usaha Malin sebagai pedagang semakin maju dan dia menjadi orang kaya yang sangat dermawan.
Catatan:
maaf bukannya saya ingin mengubah alur cerita Malin kundang cerita rakyat yang sangat terkenal. Dimana seharusnya Malin si anak durhaka dikutuk menjadi batu. Semua ini saya lakukan karena ini adalah sebagai salah satu tugas tantangan dari grup menulis ODOP (one day one post) yang memberikan tugas membuat cerita legenda dengan ending yang berbeda dengan cerita aslinya
asik, coba semua ibu bsia begitu ya kak
BalasHapus